Secerahawan
Minggu, 19 Juli 2015
Masa Lalu Biar Jadi Pelajaran
Umar bin Khotob pernah punya masa lalu dimana beliau adalah orang yang paling memusuhi Islam. Namun, ketika hidayah datang padanya maka Beliau adalah orang yang sangat mencintai islam, bahkan siap mengorbankan jiwa dan raganya.
Dua orang tersebut mempunyai kesalahan di masa lalu, namun tidak lantas Rosululloh menghakimi mereka bahwa selamanya mereka pendosa. Bahkan, Umar bin Khotob adalah salah satu amirul mu'minin saat Rosululloh dan Abu Bakar telah meninggal dunia.
Kesalahan masa lalu bisa saja terjadi dan dilakukan oleh seseorang. Entah berapa parah kesalahannya, namun jangan lantas memandang semua yang dilakukan oleh orang tersebut salah semua. Ada yang menganggap kesalahan di masa lalu menjadi rekam jejak yang menjadi pertimbangan dia tidak layak diberikan kesempatan lagi. Justru pemikiran semacam itu adalah salah.
Rosululloh memberikan kesempatan kepada orang-orang yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki kesalahan termasuk kepada Umar dan Kholid, lantas apakah ada yang lebih suci dari rosululloh dengan memandang setiap kesalahan yang dilakukan orang adalah aib.
Dengan segala kerendahan hati saya meminta maaf atas semua salah yang pernah saya lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Sungguh saya sangat menyesal atas kesalahan yang pernah saya lakukan. Taqoballallahu minna wa minkum siyamana wa siyamakum. Mohon Maaf lahir dan Batin.
Senin, 26 Maret 2012
Penentu Nilai Diri
Ketika kita hanya memikirkan diri sendiri maka kesempitan itu akan terasa menyiksa, sebuah ilustrasi sederhana ketika ada seorang ibu menyelamatkan anaknya yang sedang dalam keadaan bahaya, maka ibu itu tidak peduli akan keselamatan dirinya dan mementingkan keselamatan anaknya.
Kata-kata mario teguh ini semoga menjadi penyemangat bagi kita yang saat ini menginginkan nilai diri yang lebih baik. Berikut kata katanya :
"Engkau yang merasa asing di dalam kehidupanmu sendiri, dengarlah ini …
Sesungguhnya engkau sangat dekat dengan kehidupan baik yang kau rindukan itu, tapi ia masih tersembunyikan dari pandangan dan pengertianmu.
Mau tahu apa pembuka tabir itu?
Keikhlasan untuk hidup sepenuhnya, tulus mengerjakan yang dapat kau kerjakan, tidak mensyaratkan kemudahan tapi mendahulukan kesungguhan untuk menemukan cara yang lebih memudahkan, dan berlaku jujur dalam menyampaikan keuntungan bagi kebahagiaan sesamamu.
Siapa yang bilang bahwa orang kekurangan tidak bisa melebihkan kesungguhan?
Lebihkanlah kesungguhanmu dalam kerja-kerasmu, dan sejenak engkau akan lupa mengenai penting atau tidak pentingnya dirimu.
Sesungguhnnya, engkau menjadi penting bagi sesamamu, jika yang kau lakukan penting bagi mereka.
Engkaulah penentu nilai dirimu bagi sesamamu.
Sesungguhnya, kehidupan ini rindu untuk memanjakanmu dalam kedamaian dan kegembiraan.
Sana, temuilah mereka yang sedang menanti kau bahagiakan.
Sampai kita bertemu suatu ketika nanti ya?"
Mario Teguh - Loving you all as always
Menyenangkan bukan ?
Kamis, 26 November 2009
Pengorbanan dan keikhlasan hati
Adakalanya kita berat untuk melaksanakannya, karena sungguh manusiawai kalau terjadi dalam diri kita. Namun satu hal yang pasti pengorbanan itu tak akan sia-sia karena kita mengharap sesuatu yang terbaik disisi Sang Maha Pencipta. Dengan keyakinan bulat dan keikhlasan hati maka pengorbanan itu akan membekas pada hati kita.
karenanya Ayo jangan ragu-ragu lagi untuk berkorban untuk sesuatu yang jauh lebih baik lagi....
Pengorbanan.....
Bukan sekedar kata tanpa makna
Karena begitu beratnya dia adalah sumber keihklasan
membuktikan siapa yang memang pantas memiliki
Jiwa-jiwa besar
Pengorbanan....
Tidak hanya sekedar materi tanpa perbuatan
karena tidak sedikit sesuatu yang akan kita beri
membuktikan kekuatan dan kekokohan hati
Sehingga padaNya semua akan tertuju
dan PadaNya pula semua harapan
Sebagai tanda bahwa kita memang mencintaiNya
Senin, 23 November 2009
Jika konflik internal melanda
Jama’ah dakwah bukanlah kumpulan para malaikat yang suci dari noda dan dosa. Disana adalah kupulan dari manusia yang memiliki sifat-sifat manusiawi yang akan tetap melekat sampai kapanpun dan dimanpun. Sesempurna apa seseorang pastilah ada kekurangan yang ada. Taruhlah ketika kita sudah memutuskan untuk bergabung bersama Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pastinya kita akan berinteraksi dengan orang-orang yang ada didalamnya. Berbagai latar belakang, sifat, karakter yang berbeda. Yang kesemuanya itu diharapkan adanya saling melengkapi diantara mereka sehingga terbentuklah barisan yang kokoh dan tersusun rapi.
Jika terjadi konflik internal didalamnya maka hal apa yang perlu kita lakukan. Pertanyaan yang perlu dicari jawabannya. Konflik akan senantiasa muncul ketika kita berinterakasi dengan orang lain. Disana dituntut agar bisa saling memahami dan saling mengerti. Berbeda ketika kita berinteraksi dengan orang Jawa dan orang Sumatra maupun dengan latar belakang berbeda. Kita tidak bisa hanya menuntut agar orang lain memahami kita tetapi kitalah yang harus berusaha memahami orang lain. Yang menyatukan kita bukan hanya kesamaan fikroh, kesamaan tujuan kesamaan cita-cita tapi lebih dari itu yang menyatukan kita adalah ikatan Ukhuwah. Ukhuwahlah yang menjadi hal terpenting untuk membangun Dakwah kita. Tanpanya kita bagaikan buih di lautan. Walaupun banyak tapi jika tidak terpadu dalam ikatan ukhuwah maka bukan tidak mungkin hanya akan membuat bangunan yang rapuh. Kita sering mendengar indahnya lantunan, maupun materi tentang Ukhuwah, bahwa sering kita sampaikan dalam forum-forum umum ataupun khusus. Namun perlu kita renungkan kembali apakah kita sudah menjalankan maupun mengaplikasikannya di lapangan.
Pastinya kita pernah punya masalah dengan orang lain dalam aktivitas dakwah kita. Namun hal terpenting yang mesti kita lakukan adalah jangan sampai membuat lemah barisan ini. Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ”Janganlah kalian saling memutuskan tali persaudaraan, janganlah saling belakang membelakangi, janganlah saling benci-membenci dan janganlah saling hasud menghasud. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.”(HR. Bukhari dan Muslim). Kita berada dalam barisan dakwah bukan karena seseorang, ataupun motivasi yang lain, kita berada dalam barisan ini karena Allah saja. Dan hanya Allah yang mampu membalas amal perbuatan kita.
Rabu, 04 November 2009
Cahaya Malam yang tiada pernah redup
Wajar jika aku menginginkan seperti teman-temanku yang lain tidak perlu bersusah payah untuk mengidupi diriku sendiri di masa kuliah dengan bekerja. Biaya kuliah dan hidup harus kutanggung sendiri. Tak seperti teman-teman lainnya yang setiap bulan dikirimi uang oleh orang tuanya dan mereka tinggal punya beban belajar saja. Bahakan kadang aku tidak punya waktu untuk sekedar mengistirahatkan diri dan menikmati waktu luang dengan bermain.
Orang tuaku memang memberi ilihan yang sulit bagiku. Mereka jarang memberiku uang bulanan namun bukan berarti mereka tidak sayang padaku, justru dengan itu mereka memberikan kasih saying yang lebih dengan mengajariku tentang kehidupan ini. Tidak hanya belajar di bangku kuliah saja bahkan mereka membukakaknku tentang kenyataan dalam hidup yang harus dijalani.
Terkadang semua bergiliran, Pahit dan manis dating silih berganti dan itulah warna yang ada tinggal sebuah sentuhan lembut yang mestinya kita berikan dan kitalah yang akan menjalaninya. Bisa jadi kepahitan dirasakan sebuah hal yang memiliki arti perjuangan tersendiri. Sebaliknya kadang kemanisan sebagai penghibur bagi jiwa-jiwa yang merindukan ketenangan.
Karena keyakinan aku tak akan pernah berhenti untuk berjuang dan memperjuangkan apa yang menjadi cita-citaku yang menjadi mimpi-mimpiku. Aku tak tahu apa yang difikirkan orang yang telah tercukupi kebutuhannya sehingga mereka hanya dibebankan untuk belajar saja. Harusnya mereka lebih hebat dari pada akau, dan lebih mampu menggunakan waktu luang mereka untuk sebuah hal yang meningkatkan kualitas dirinya.
(Inspirasi seorang teman)
MQI, 4 November 2009
Sabtu, 30 Mei 2009
Memaknai Ujian Sebagai Momentum Perubahan Diri
Rabu, 27 Mei 2009
Setelah malam yang pekat akhirnya cahaya itu menerangi dunia
Ketika awal kita lahir di dunia ini tampak begitu jernih. Ibarat kertas putih yang suci, tinggal goresan-goresan itulah yang akan menjadikan kita sebagai orang baik atau buruk. Semua terasa indah dan damai karena memang beban-beban itu belum mulai memberatkan pundak. Namun disanalah sebenarnya masukan-masukan akan diterima dengan sangat baik. Yang kemudian dari sifat-sifat yang dibentuk masa itu salah satunya akan menentukan karakter masa depan.
Sahabat apakah kita pernah berfikir dengan apa kita akan menepis keraguan-keraguan yang ada dalam benak ini. Apakah kita kan biarkan diri ini terbasahi oleh air yang mengandung jiwa yang lemah. Pantaskah kita menyerah di tengah perjalanan yang telah kita tapaki selama ini hanya karena sebuah permasalahan yang begitu berat. Keraguan itu harus kita tepis dengan keyakinan yang tiada terbatas bahwa atas ijin-Nya lah semua akan dapat kita lalui dengan baik. Keyainan itu menghapus keraguan-keraguan yang ada dalam dada ini. Keyakinan itu pula yang akan membuat kita berteriak dan mengatakan pada semua bahwa aku sudah siap hadapi dunia.
Ketika malam datang semuanya terlihat gelap dan hampir menutupi pandangan kita. Namun apakah sampai disitu saja?..Tidak…? semakin larut maka malam itu akan semakin gelap dan pekat, bahkan seberkas cahayapun akan menjadi sesuatu kemanfaatan tersendiri. Karena dengan seberkas cahaya tersebut mata kita mampu memandang walaupun tak begitu jauh. Sampai fajar datang kemudian tampaklah matahari dari ufuk timur yang menerangi penjuru dunia sehingga kita mampu memandang lebih sempurna. Sama halnya dengan permasalahan kita,semakin berat dan pada puncak klimaksnya maka yakinlah akan ada jalan yang akan membimbing kita menuju jalan terang. Yakinkan hati bahwa ada kekuatan Yang Maha Kuat dari Allah SWT, dan tiada sorangpun mampu menandinginya. Dengan berprasangka baik dan optimis bahwa kita pasti akan melalui segala rintangan dan tantangan di hadapan kita. Bukan hanya sekedar keyakinan tapi kita wujudkan dalam amal perbuatan.
Kawanku tiadalah artinya kehidupan ini jikalau tiada pejuangan yang mewarnai, tiada makna kalau kita hanya stagnan dan berhenti saja. Teori mata air jika berhenti maka air akan kotor dan menjadi sumber penyakit. Sebaliknya jika air itu terus bergerak maka akan memberikan daya luar biasa dan besar kemanfaatannya. Begitu pula dalam menjalani kehidupan ini kita harus tetap bergerak dan berjuang demi mengejar harapan kita. Ketika berhenti maka kita akan tertinggal, dan hal yang bisa kita lakukan adalah tetap berlari mengejarnya. Sampai kapankah akan berakhir??? Sampai Allah mematikan kita dan kita mampu meraihnya atau kita dimatikan tanpa impian kita. Namun tidaklah penting berhasil meraihnya atau tidak tapi yang jelas adalah kita melakukan usaha dengan baik dan pantang menyerah.
IC 22 Mei 2009