Kamis, 26 November 2009

Pengorbanan dan keikhlasan hati

Pengorbanan bukan sebuah hal yang mudah untuk kita lakukan. Denganya kita didorong untuk memaknai makna yang lebih dalam. Yaitu tentang keihklasan hati. Sampai kita dihadapkan pada suat kondisi dimana tiada seorang pun yang tahu tentang pengorbanan kita. Ataukah dihadapkan pada suatu kondisi ketika kita memang sedang membutuhkan apa yang kita korbankan. Namun pada kondisi terakhir inilah seseorang mampu memaknai arti keikhlasan. baginya keikhlasan itulah yang akan dia jalankan. Bukan pada tataran konseptual saja namun sudah dalam realitas di lapangan.
Adakalanya kita berat untuk melaksanakannya, karena sungguh manusiawai kalau terjadi dalam diri kita. Namun satu hal yang pasti pengorbanan itu tak akan sia-sia karena kita mengharap sesuatu yang terbaik disisi Sang Maha Pencipta. Dengan keyakinan bulat dan keikhlasan hati maka pengorbanan itu akan membekas pada hati kita.
karenanya Ayo jangan ragu-ragu lagi untuk berkorban untuk sesuatu yang jauh lebih baik lagi....

Pengorbanan.....
Bukan sekedar kata tanpa makna
Karena begitu beratnya dia adalah sumber keihklasan
membuktikan siapa yang memang pantas memiliki
Jiwa-jiwa besar

Pengorbanan....
Tidak hanya sekedar materi tanpa perbuatan
karena tidak sedikit sesuatu yang akan kita beri
membuktikan kekuatan dan kekokohan hati
Sehingga padaNya semua akan tertuju
dan PadaNya pula semua harapan
Sebagai tanda bahwa kita memang mencintaiNya


Senin, 23 November 2009

Jika konflik internal melanda

Dakwah memberikan sebuah cerita yang sangat luar biasa bagi kehidupan kita. Rangkaian cerita itu kita susun bukan hanya dengan air mata kebahagiaan, lebih dari itu semua kita menyusunnya dengan peluh keringat, air mata kesedihan dan luapan fikiran yang luar biasa. Dan tidak terhenti sebatas itu saja. Bagi mereka yang menjalankan maka akan merasakan sendiri dinamika yang ada yang mungkin tidak bisa terwakilkan dengan rangkaian kata.
Jama’ah dakwah bukanlah kumpulan para malaikat yang suci dari noda dan dosa. Disana adalah kupulan dari manusia yang memiliki sifat-sifat manusiawi yang akan tetap melekat sampai kapanpun dan dimanpun. Sesempurna apa seseorang pastilah ada kekurangan yang ada. Taruhlah ketika kita sudah memutuskan untuk bergabung bersama Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pastinya kita akan berinteraksi dengan orang-orang yang ada didalamnya. Berbagai latar belakang, sifat, karakter yang berbeda. Yang kesemuanya itu diharapkan adanya saling melengkapi diantara mereka sehingga terbentuklah barisan yang kokoh dan tersusun rapi.
Jika terjadi konflik internal didalamnya maka hal apa yang perlu kita lakukan. Pertanyaan yang perlu dicari jawabannya. Konflik akan senantiasa muncul ketika kita berinterakasi dengan orang lain. Disana dituntut agar bisa saling memahami dan saling mengerti. Berbeda ketika kita berinteraksi dengan orang Jawa dan orang Sumatra maupun dengan latar belakang berbeda. Kita tidak bisa hanya menuntut agar orang lain memahami kita tetapi kitalah yang harus berusaha memahami orang lain. Yang menyatukan kita bukan hanya kesamaan fikroh, kesamaan tujuan kesamaan cita-cita tapi lebih dari itu yang menyatukan kita adalah ikatan Ukhuwah. Ukhuwahlah yang menjadi hal terpenting untuk membangun Dakwah kita. Tanpanya kita bagaikan buih di lautan. Walaupun banyak tapi jika tidak terpadu dalam ikatan ukhuwah maka bukan tidak mungkin hanya akan membuat bangunan yang rapuh. Kita sering mendengar indahnya lantunan, maupun materi tentang Ukhuwah, bahwa sering kita sampaikan dalam forum-forum umum ataupun khusus. Namun perlu kita renungkan kembali apakah kita sudah menjalankan maupun mengaplikasikannya di lapangan.
Pastinya kita pernah punya masalah dengan orang lain dalam aktivitas dakwah kita. Namun hal terpenting yang mesti kita lakukan adalah jangan sampai membuat lemah barisan ini. Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ”Janganlah kalian saling memutuskan tali persaudaraan, janganlah saling belakang membelakangi, janganlah saling benci-membenci dan janganlah saling hasud menghasud. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.”(HR. Bukhari dan Muslim). Kita berada dalam barisan dakwah bukan karena seseorang, ataupun motivasi yang lain, kita berada dalam barisan ini karena Allah saja. Dan hanya Allah yang mampu membalas amal perbuatan kita.

Rabu, 04 November 2009

Cahaya Malam yang tiada pernah redup

Wajar jika aku menginginkan seperti teman-temanku yang lain tidak perlu bersusah payah untuk mengidupi diriku sendiri di masa kuliah dengan bekerja. Biaya kuliah dan hidup harus kutanggung sendiri. Tak seperti teman-teman lainnya yang setiap bulan dikirimi uang oleh orang tuanya dan mereka tinggal punya beban belajar saja. Bahakan kadang aku tidak punya waktu untuk sekedar mengistirahatkan diri dan menikmati waktu luang dengan bermain.

Orang tuaku memang memberi ilihan yang sulit bagiku. Mereka jarang memberiku uang bulanan namun bukan berarti mereka tidak sayang padaku, justru dengan itu mereka memberikan kasih saying yang lebih dengan mengajariku tentang kehidupan ini. Tidak hanya belajar di bangku kuliah saja bahkan mereka membukakaknku tentang kenyataan dalam hidup yang harus dijalani.

Terkadang semua bergiliran, Pahit dan manis dating silih berganti dan itulah warna yang ada tinggal sebuah sentuhan lembut yang mestinya kita berikan dan kitalah yang akan menjalaninya. Bisa jadi kepahitan dirasakan sebuah hal yang memiliki arti perjuangan tersendiri. Sebaliknya kadang kemanisan sebagai penghibur bagi jiwa-jiwa yang merindukan ketenangan.

Karena keyakinan aku tak akan pernah berhenti untuk berjuang dan memperjuangkan apa yang menjadi cita-citaku yang menjadi mimpi-mimpiku. Aku tak tahu apa yang difikirkan orang yang telah tercukupi kebutuhannya sehingga mereka hanya dibebankan untuk belajar saja. Harusnya mereka lebih hebat dari pada akau, dan lebih mampu menggunakan waktu luang mereka untuk sebuah hal yang meningkatkan kualitas dirinya.

(Inspirasi seorang teman)

MQI, 4 November 2009